Persediaan merupakan aspek
yang sangat penting dalam perusahaan. Untuk itu, pengelolaan persediaan
perlu diperhatikan dengan cara menerapkan sistem pengendalian persediaan yang tepat
sehingga usaha dapat berjalan dengan efektif.
Ristono (2009:29) menyatakan bahwa masalah
persediaan merupakan masalah yang sangat
penting
bagi suatu perusahaan
karena biasanya lebih kurang 40% dari total asset perusahaan diinvestasikan
untuk masalah tersebut. Apabila masalah persediaan tidak dikelola
dengan baik maka
akan mengakibatkan kerugian bagi pihak perusahaan
karena biaya yang tertanam dalam persediaan cukup besar.
Masalah utama yang dikaitkan
dengan pengendalian persediaan adalah jumlah bahan yang harus dipesan atau ditambahkan
pada persediaan dan waktu
yang dipakai untuk penambahan
persediaan itu dilakukan sehingga biaya dapat ditekan seminimal mungkin dan dapat
memberikan keuntungan yang optimal, disamping itu harus ditetapkan jumlah persediaan
pengaman (safety stock) yang cukup memadai untuk dapat meredam fluktuasi kebutuhan
bahan baku yang ditimbulkan karena adanya fluktuasi permintaan produk oleh konsumen.
PT Kaltim Multi Boga Utama
(KMBU) merupakan anak perusahaan dari PT Pupuk Kaltim yang memiliki skala usaha
cukup kompleks dengan wilayah operasional yang cukup luas. KMBU tidak hanya bergerak
dibidang penyediaan makan untuk karyawan Pupuk Kaltim saja, tetapi juga
membuka pelayanan catering dan restaurant
Indonesian food Bontang Kuring, Citarasa Minang, Rumah Boga dan Citarasa Bakery.
Citarasa Bakery merupakan
brand produk roti
andalan KMBU. Citarasa menyediakan berbagai jenis bakery
berkualitas dan harga terjangkau. Salah satu kegiatan Citarasa Bakery yang utama
adalah memproduksi roti manis dengan menggunakan tepung terigu yang digunakan sebagai
bahan dasar, dimana sejumlah persediaan dan penyimpanan ditempatkan pada KMBU.
Jumlah kebutuhan yang dimiliki
KMBU pada Citarasa Bakery Bontang dalam setahun rata-rata membutuhkan 287 sak tepung
terigu selama sebulan, dengan satuan 1sak memuat 25kg tepung terigu,karena asumsi
dari perusahaan membutuhkan bahan baku tepung terigu sebanyak 8 sampai 10 sak dalam
1 hari.
Produksi roti manis ini dilakukan secara kontinyu karena
dilihat dari outputnya, roti manis sangat digemari di kota Bontang dan sekitarnya.
Hal ini membuktikan bahwa banyaknya pesanan
mengakibatkan perusahaan harus terus mengadakan persediaan agar dapat memenuhi
permintaan konsumen.
Jumlah pemakaian bahan baku
tepung terigu pada Citarasa Bakery tahun
2013 selama satu tahun terjadi beberapa kali transaksi
dengan jenis kuantitas yang berbeda-beda. Dari hasil pemakaian tepung terigu selama
satu periode pada tahun 2013 totalnya adalah sebesar 3.850 sak tepung terigu. Dan
pada tahun 2014 terdapat pemakaian tepung terigu selama satu periode dengan total
3.035 sak tepung terigu. Dengan persediaan bahan baku yang
dimiliki Citarasa
Bakery rata-rata sebesar 3.442 sak kurang dari yang dibutuhkan
maka proses kelancaran produksi tidak terpenuhi sehingga perusahaan akan kehilangan
konsumen dan kesempatan memperoleh laba. Disamping itu juga dapat mengakibatkan
kerugian yang harus
dibayarkan kepada karyawan
yang menganggur dan mesin-mesin yang tidak
beroperasi. Hal ini dikarenakan kebijakan dari perusahaan agar menghindari penumpukan
bahan baku yang berlebihan yang dapat berakibat manambah besarnya modal yang tertanam
didalamnya dan bahan baku yang menumpuk terlalu lama akan menyebabkan turunnya kualitas
dari bahan baku yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas produk
roti yang dihasilkan.
Menurut Assauri (2008:238) alasan diperlukannya persediaan
oleh suatu perusahaan pabrik adalah karena :
a. Dibutuhkannya
waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan produk dari suatu tingkat
proses yang lain, yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan.
b. Alasan
organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat skedul operasinya secara
bebas, tidak tergantung dari yang lainnya.
Secara umum, alasan untuk memiliki persediaan adalah sebagai
berikut :
a. Untuk
menyeimbangkan biaya pemesanan atau persiapan dan biaya penyimpanan.
b. Untuk memenuhi permintaan pelanggan,
misalnya menepati tangga pengiriman
c. Untuk
menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat kerusakan mesin, kerusakan komponen,
tidak tersedianya komponen,dan pengiriman komponen yang terlambat
d. Untuk
mencegah proses produksi yang tidak dapat diandalkan e. Untuk
memanfaatkan diskon
e. Untuk
menghadapi kenaikan harga di masa yang akan datang.
Menurut Pardede (2005:7-8)
biaya-biaya persediaan (inventory cost), adalah segala biaya yang timbul sebagai
akibat dari diadakannya persediaan. Biaya persediaan dapat dikelompokkan atas :
a. Biaya
pembelian atau pembuatan
adalah biaya yang
harus dikeluarkan supaya bahan-bahan yang bersangkutan
tersedia untuk digunakan
b. Biaya
pemesanan adalah biaya yang dikeluarkan agar bahan-bahan yang dibutuhkan siap untuk
dibeli atau dibuat
c. Biaya
penahanan adalah biaya yang dibutuhkan untuk mengelola persediaan bahan-bahan sejak
bahan-bahan itu diterima hingga diserahkan kebagian pengolahan.
d. Biaya
darurat adalah biaya tambahan yang timbul apabila persediaan sudah habis tetapi
masih ada permintaan yang belum dipenuhi.
Pemakaian bahan baku tepung
terigu selama ini adalah sebanyak 3.442 sak. Apabila jumlah frekuensi menurut perusahaan
sebanyak 47 kali maka rata- rata quantity setiap kali pesannya adalah sebanyak 73
sak, dengan nilai persediaan quantity pemesanan 73 sak x Rp 182.000,- = Rp 13.286.000,-
di setiap kali pemesanan.
Biaya pembelian tepung terigu
selama ini adalah
sebesar 3.442 x Rp 182.000,- = Rp 626.444.000,- biaya pesan Rp 208.200,- untuk satu
purchase order dan biaya penyimpanan selama 1 tahun adalah Rp15.100.050,-
Pengelolaan persediaan bahan
baku tepung terigu yang dilakukan oleh Citarasa bakery pada KMBU di Bontang selama
ini belum optimal. Hal ini terjadi karena adanya persediaan yang minim di dalam
gudang dan pemasok bahan baku yang terbatas sehingga kebutuhan bahan baku selama
ini belum terpenuhi dengan baik. Pengendalian persediaan bahan baku tepung terigu
citarasa bakery juga belum efisien dari segi biaya persediaan bahan baku. Hal ini
ditunjukkan dengan tingginya biaya persediaan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan.
Pengelolaan persediaan oleh
citarasa bakery berusaha mencapai keseimbangan antara kekurangan dan kelebihan persediaan
bahan baku dalam suatu periode perencanaan yang mengandung
resiko atau ketidakpastian.
Kekurangan bahan
baku dapat menghambat produksi atau merubah
jadwal produksi, sedangkan kelebihan persediaan bahan baku menyebabkan peningkatan
biaya dan penurunan laba. Selama ini perusahaan melakukan pengadaan persediaan berdasarkan
ramalan pemasaran dari tepung terigu itu sendiri dan Resume Skripsi
Judul : ANALISIS PENGENDALIAAN PERSEDIAAN BAHAN
BAKU TEPUNG TERIGU CITARASA BAKERY PADA PT KALTIM MULTI BOGA UTAMA (KMBU) DI BONTANG
Penulis : Hayati Hidayah
Pembahasan :
Persediaan merupakan aspek
yang sangat penting dalam perusahaan. Untuk itu, pengelolaan persediaan
perlu diperhatikan dengan cara menerapkan sistem pengendalian persediaan yang tepat
sehingga usaha dapat berjalan dengan efektif.
Ristono (2009:29) menyatakan bahwa masalah
persediaan merupakan masalah yang sangat
penting
bagi suatu perusahaan
karena biasanya lebih kurang 40% dari total asset perusahaan diinvestasikan
untuk masalah tersebut. Apabila masalah persediaan tidak dikelola
dengan baik maka
akan mengakibatkan kerugian bagi pihak perusahaan
karena biaya yang tertanam dalam persediaan cukup besar.
Masalah utama yang dikaitkan
dengan pengendalian persediaan adalah jumlah bahan yang harus dipesan atau ditambahkan
pada persediaan dan waktu
yang dipakai untuk penambahan
persediaan itu dilakukan sehingga biaya dapat ditekan seminimal mungkin dan dapat
memberikan keuntungan yang optimal, disamping itu harus ditetapkan jumlah persediaan
pengaman (safety stock) yang cukup memadai untuk dapat meredam fluktuasi kebutuhan
bahan baku yang ditimbulkan karena adanya fluktuasi permintaan produk oleh konsumen.
PT Kaltim Multi Boga Utama
(KMBU) merupakan anak perusahaan dari PT Pupuk Kaltim yang memiliki skala usaha
cukup kompleks dengan wilayah operasional yang cukup luas. KMBU tidak hanya bergerak
dibidang penyediaan makan untuk karyawan Pupuk Kaltim saja, tetapi juga
membuka pelayanan catering dan restaurant
Indonesian food Bontang Kuring, Citarasa Minang, Rumah Boga dan Citarasa Bakery.
Citarasa Bakery merupakan
brand produk roti
andalan KMBU. Citarasa menyediakan berbagai jenis bakery
berkualitas dan harga terjangkau. Salah satu kegiatan Citarasa Bakery yang utama
adalah memproduksi roti manis dengan menggunakan tepung terigu yang digunakan sebagai
bahan dasar, dimana sejumlah persediaan dan penyimpanan ditempatkan pada KMBU.
Jumlah kebutuhan yang dimiliki
KMBU pada Citarasa Bakery Bontang dalam setahun rata-rata membutuhkan 287 sak tepung
terigu selama sebulan, dengan satuan 1sak memuat 25kg tepung terigu,karena asumsi
dari perusahaan membutuhkan bahan baku tepung terigu sebanyak 8 sampai 10 sak dalam
1 hari.
Produksi roti manis ini dilakukan secara kontinyu karena
dilihat dari outputnya, roti manis sangat digemari di kota Bontang dan sekitarnya.
Hal ini membuktikan bahwa banyaknya pesanan
mengakibatkan perusahaan harus terus mengadakan persediaan agar dapat memenuhi
permintaan konsumen.
Jumlah pemakaian bahan baku
tepung terigu pada Citarasa Bakery tahun 2013 selama satu tahun terjadi beberapa kali transaksi
dengan jenis kuantitas yang berbeda-beda. Dari hasil pemakaian tepung terigu selama
satu periode pada tahun 2013 totalnya adalah sebesar 3.850 sak tepung terigu. Dan
pada tahun 2014 terdapat pemakaian tepung terigu selama satu periode dengan total 3.035 sak tepung terigu. Dengan persediaan bahan baku yang
dimiliki CitarasaBakery rata-rata sebesar 3.442 sak kurang dari yang dibutuhkan
maka proses kelancaran produksi tidak terpenuhi sehingga perusahaan akan kehilangan
konsumen dan kesempatan memperoleh laba. Disamping itu juga dapat mengakibatkan
kerugian yang harus
dibayarkan kepada karyawan
yang menganggur dan mesin-mesin yang tidak
beroperasi. Hal ini dikarenakan kebijakan dari perusahaan agar menghindari penumpukan
bahan baku yang berlebihan yang dapat berakibat manambah besarnya modal yang tertanam
didalamnya dan bahan baku yang menumpuk terlalu lama akan menyebabkan turunnya kualitas
dari bahan baku yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas produk
roti yang dihasilkan.
Menurut Assauri (2008:238) alasan diperlukannya persediaan
oleh suatu perusahaan pabrik adalah karena :
a. Dibutuhkannya
waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan produk dari suatu tingkat
proses yang lain, yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan.
b. Alasan
organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat skedul operasinya secara
bebas, tidak tergantung dari yang lainnya.
Secara umum, alasan untuk memiliki persediaan adalah sebagai
berikut :
a. Untuk
menyeimbangkan biaya pemesanan atau persiapan dan biaya penyimpanan.
b. Untuk memenuhi permintaan pelanggan,
misalnya menepati tangga pengiriman
c. Untuk
menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat kerusakan mesin, kerusakan komponen,
tidak tersedianya komponen,dan pengiriman komponen yang terlambat
d. Untuk
mencegah proses produksi yang tidak dapat diandalkan e. Untuk
memanfaatkan diskon
e. Untuk
menghadapi kenaikan harga di masa yang akan datang.
Menurut Pardede (2005:7-8)
biaya-biaya persediaan (inventory cost), adalah segala biaya yang timbul sebagai
akibat dari diadakannya persediaan. Biaya persediaan dapat dikelompokkan atas :
a. Biaya
pembelian atau pembuatan
adalah biaya yang
harus dikeluarkan supaya bahan-bahan yang bersangkutan
tersedia untuk digunakan
b. Biaya
pemesanan adalah biaya yang dikeluarkan agar bahan-bahan yang dibutuhkan siap untuk
dibeli atau dibuat
c. Biaya
penahanan adalah biaya yang dibutuhkan untuk mengelola persediaan bahan-bahan sejak
bahan-bahan itu diterima hingga diserahkan kebagian pengolahan.
d. Biaya
darurat adalah biaya tambahan yang timbul apabila persediaan sudah habis tetapi
masih ada permintaan yang belum dipenuhi.
Pemakaian bahan baku tepung
terigu selama ini adalah sebanyak 3.442 sak. Apabila jumlah frekuensi menurut perusahaan
sebanyak 47 kali maka rata- rata quantity setiap kali pesannya adalah sebanyak 73
sak, dengan nilai persediaan quantity pemesanan 73 sak x Rp 182.000,- = Rp 13.286.000,-
di setiap kali pemesanan.
Biaya pembelian tepung terigu
selama ini adalah
sebesar 3.442 x Rp 182.000,- = Rp 626.444.000,- biaya pesan Rp 208.200,- untuk satu
purchase order dan biaya penyimpanan selama 1 tahun adalah Rp15.100.050,-
Pengelolaan persediaan bahan
baku tepung terigu yang dilakukan oleh Citarasa bakery pada KMBU di Bontang selama
ini belum optimal. Hal ini terjadi karena adanya persediaan yang minim di dalam
gudang dan pemasok bahan baku yang terbatas sehingga kebutuhan bahan baku selama
ini belum terpenuhi dengan baik. Pengendalian persediaan bahan baku tepung terigu
citarasa bakery juga belum efisien dari segi biaya persediaan bahan baku. Hal ini
ditunjukkan dengan tingginya biaya persediaan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan.
Pengelolaan persediaan oleh
citarasa bakery berusaha mencapai keseimbangan antara kekurangan dan kelebihan persediaan
bahan baku dalam suatu periode perencanaan yang mengandung
resiko atau ketidakpastian.
Kekurangan bahan
baku dapat menghambat produksi atau merubah
jadwal produksi, sedangkan kelebihan persediaan bahan baku menyebabkan peningkatan
biaya dan penurunan laba. Selama ini perusahaan melakukan pengadaan persediaan berdasarkan
ramalan pemasaran dari tepung terigu itu sendiri dan juga pengalaman jumlah persediaan
periode sebelumnya, tanpa menggunakan metode khusus Economic Order Quantity (EOQ)
dalam manajemen persediaannya. Apabila perusahaa tidak menggunakan metode EOQ dalam
mengendalikan persediaan bahan bakunya, maka akan berdampak negatif pada perolehan
laba yang seharusnya
dapat dicapai perusahaan secara optimal
disetiap tahunnya. Dari hasil analisis dan pembahasan, maka total biaya persediaan
untuk bahan baku tepung terigu yang dikeluarkan perusahaan pada adalah sebesar Rp
817.430.000,- lebih besar dibandingkan dengan menggunakan perhitungan EOQ yang hanya
sebesar Rp 634.519.475,-
dengan demikian dapat menghemat biaya persediaan
apabila perusahaan menggunakan metode EOQ.
Apabila perusahaa tidak menggunakan metode EOQ dalam
mengendalikan persediaan bahan bakunya, maka akan berdampak negatif pada perolehan
laba yang seharusnya
dapat dicapai perusahaan secara optimal
disetiap tahunnya. Dari hasil analisis dan pembahasan, maka total biaya persediaan
untuk bahan baku tepung terigu yang dikeluarkan perusahaan pada adalah sebesar Rp
817.430.000,- lebih besar dibandingkan dengan menggunakan perhitungan EOQ yang hanya
sebesar Rp 634.519.475,-
dengan demikian dapat menghemat biaya persediaan
apabila perusahaan menggunakan metode EOQ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar